ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.E G2 P0 A1 HAMIL 39 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI
I. Latar belakang
Dalam mewujudkan Indonesia sehat berdasarkan paradigma sehat dengan salah satu strateginya profesionalisme, yaitu dengan penekanan program pada pelayanan kesehatan yang berkualitas. Secara keseluruhan derajat kesehatan dari masyarakat Indonesia telah meningkat. Namun derajat kesehatan ibu (maternal) masih sangat memprihatinkan, ini dapat dilihat dari masalah tingginya jumlah kematian ibu dalam proses kehamilan, persalinan dan nifas.
Masalah kesehatan ibu dan anak masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya AKI dan AKB yang ada di Indonesia. AKI dan AKB di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan jumlah kematian ibu tiap tahunnya mencapai 450/100 ribu kelahiran hidup (KH) yang jauh diatas angka kematian ibu di Fhilipina yang mencapai 170/100 ribu KH, thailand 44/100 ribu KH (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukan bahwa AKI di Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 32/1000 kelahiran hidup. Tercatat kematian ini jauh melonjak dibandingkan hasil SDKI 2007 yang tercatat 228/100 ribu KH. Berdasarkan REKORNIS (Rapat Koordinasi Teknis) untuk target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) pada tahun 2019, diharapkan AKI menurun dari 359 pada tahun 2012 menjadi 306/100 ribu KH dan AKB menurun dari 32 pada tahun 2012 menjadi 24/1000 KH (DEPKES RI, 2015).
Dari data kematian ibu (AKI) di Jawa Barat pada tahun 2014 mencapai 748 jiwa, sedangkan angka kematian bayi (AKB) berjumlah 3810 jiwa (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2014). Di BLUD RSUD Palabuhanratu kasus AKI pada tahun 2015 sebanyak 18 jiwa dan kasus AKB sebanyak 39 jiwa. Sedangkan di kabupaten Sukabumi, kasus AKI pada tahun 2015 sebanyak 54 jiwa, kasus AKB sebanyak 79 jiwa, kasus Kematian Neonatus sebanyak 305 jiwa, kasus Kematian Balita sebanyak 40 jiwa, dengan jumlah ibu hamil 60.463 orang. Selama lima tahun kebelakang grafik AKI dan AKB cukup tinggi dibandingkan kota dan kabupaten lainnya di Jawa Barat (Dinkes Kabupaten Sukabumi, 2015).
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesda) menunjukan penyebab kematian bayi 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Penyebab kematian bayi 7-28 hari yaitu sepsis (20,5%), malformasi kongenital (18,1%) dan penumonia (15,4%). Penyebab kematian bayi 29 hari – 11 bulan yaitu diare (31,4%), penumonia (23,8%) dan meningitis/ensefalitis (9,3%). Sedangkan ada tiga penyebab langsung kematian ibu, yaitu perdarahan (40-60%), pre-eklampsia dan eklampsia (20-30%), infeksi (20-30%). Serta penyebab tidak langsung kematian ibu salah satunya adalah 35% ibu hamil mengalami anemia (WHO, 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Data Tahunan Kebidanan di BLUD RSUD PALABUHANRATU Kabupaten Sukabumi, pada tahun 2015 tercatat kasus terbesar dengan komplikasi persalinan diantaranya yaitu perdarahan berjumlah 34 orang (4%), Eklampsia dan Pre-eklampsia berjumlah 138 orang (18%), KPD berjumlah 281 orang (37%), Letsu berjumlah 64 orang (8%), Anemia berjumlah 51 orang (7%) dan Persalinan dengan SC berjumlah 198 orang (26%) dari 942 orang ibu bersalin pada tahun 2015 (Laporan Data Tahunan Kebidanan BLUD RSUD PALABUHAN RATU ).
Adapun dari beberapa faktor yang telah disebutkan diatas salah satunya adalah faktor yang penting dalam tingginya tingkat kematian maternal Negara berkembang adalah faktor-faktor pelayanan kesehatan. Penanganan yang kurang tepat atau memadai terutama dalam kasus patologi ibu bersalin dengan ketuban pecah dini, seperti terkenanya virus atau infeksi air ketuban. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan cara penanganan dan peningkatan kinerja yang memadai (Hakimi, 2010).
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial obstetric dalam kaitannya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan kematian ibu maupun janin (Manuaba, 2008).
Menurut Depkes RI tahun 2007 menjelaskan sekitar 30% kejadian mortalitas pada bayi preterm dengan ibu yang mengalami ketuban pecah dini adalah akibat infeksi, biasanya infeksi saluran pernafasan (asfiksia). Selain itu, akan terjadi prematuritas. Sedangkan, prolaps tali pusat dan malpresentasi akan lebih memperburuk kondisi bayi preterm dan prematuritas (Depkes RI, 2007).
Persalinan dengan KPD bisa dijumpai pada kehamilan multipel, trauma, hidramnion, dan gemeli. Oleh sebab itu persalinan dengan KPD memerlukan pengawasan dan perhatian serta secara teratur dan diharapkan kerjasama antara keluarga ibu dan penolong persalinan (bidan atau dokter). Dengan demikian akan menurunkan atau memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya (Manuaba, 2008).
Dari salah satu jurnal yang menyebutkan bahwa Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu kasus obstetri yang menjadi penyebab terbesar persalinan prematur dengan berbagai akibat. Ketuban pecah dini terjadi bila selaput ketuban pecah secara spontan sebelum ada tanda-tanda persalinan yang adanya kontraksi uterus yang teratur disertai pembukaan atau perdarahan servik (Sumarah, 2009). Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika tidak ada, dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 380C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah > 15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi intrauterin. Tentukan tanda-tanda perslinan dengan skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan). (Soewarto, 2010). Adapun penanganan yang diberikan pada kasus Ketuban Pecah Dini (KPD) yaitu Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mgatau eritromisin bila tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari), Kehamilan > 37 minggu, indikasi oxytocin, Dengan memasukan oxytocin 5 U kedalam infus dekstrosa 5 %, Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu yang menggigil, Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu (Varney, 2007) (Jurnal Ida Susila dan Puji Wandayanti, 2012. Hal 45-49).
Dalam hal ini bidan sebagai tenaga kesehatan harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan profesional dalam berbagai pelayanan kesehatan khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir serta keluarga berencana. Pelayanan kebidanan yang optimal akan diperoleh apabila bidan dan calon bidan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang memadai sesuai dengan kondisi lapangan. Salah satu cara memperoleh pengetahuan dan keterampilan tersebut, mahasiswa D-III Kebidanan STIKES Kota Sukabumi mendapatkan tugas untuk membuat studi kasus secara komprehensif.
Berdasarkan data yang didapat dari laporan tahunan kebidanan BLUD RSUD PALABUHANRATU kasus KPD dengan jumlah 281 orang (37%) menjadi kasus terbanyak selama tahun 2015. Berdasarkan hal tersebut maka penulis sebagai mahasiswa Diploma III kebidanan tertarik untuk menjadikan bahan studi kasus karya tulis ilmiah serta diwajibkan menerapkan “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. EG2P0A1 Hamil 39 Minggu Dengan Ketuban Pecah DiniDi BLUD RSUD Palabuhanratu”.
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah yang ditemukan yaitu “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. EG2p0a1 Hamil 39 Minggu Dengan Ketuban Pecah Dini Di BLUDRSUD Palabuhanratu”. dengan melakukan pendekatan manajemen kebidanan.
III. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan komprehensif sesuai dengan standar pada ibu menggunakan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada klien KPD dan
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada klien dengan KPD.
c. Mampu menginterpretasi data untuk menentukan diagnosis masalah, dan kebutuhan tindakan segera (jika diperlukan pada klien dengan KPD)
d. Mampu membuat atau merencanakan pengembangan rencana asuhan sesuai kebutuhan klien dengan KPD, serta mengkaji kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan.
IV. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Sebagai media pembelajaran untuk mengaplikasikan pengetahuan dan teori yang didapat selama perkuliahan serta menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan KPD.
2. Bagi Lahan Penelitian BLUD RSUD Palabuhanratu
Studi kasus ini mudah-mudahan dapat dijadikan tambahan informasi bagi rumah sakit serta acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan terutama pada KPD.
3. Bagi Institusi STIKESMI
Studi kasus ini mudah-mudahan dapat dijadikan referensi, bacaan, maupun kepustakaan untuk mahasiswa Prodi Diploma III Kebidanan STIKESMI dan sebagai metode untuk melatih dan mendidik mahasiswa agar menjadi seorang bidan yang berkompeten dibidangnya.
V. Ruang Lingkup
Dalam penulisan dan penyusunan studi kasus ini penulis memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. E G2P0A1 Hamil 39 Minggu Dengan KPD dari saat klien datang hingga pulang.
VI. Lokasi dan Waktu
1. Lokasi
Adapun tempat yang digunakan penulis dalam pengambilan kasus ini yaitu di ruang IGD VK, ruang Bersalin, ruang Nifas, dan ruang perinatlogi (Bayi) BLUD RSUD Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
2. Waktu
Pengambilan kasus ini dilakukan pada tanggal 30 Maret 2016 hingga tanggal 31 Maret 2016.
No comments:
Post a Comment