Laraveler


BAB IV ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.E G2 P0 A1 HAMIL 39 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.E G2 P0 A1 HAMIL 39 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI


BAB IV
PEMBAHASAN

          Dalam studi kasus ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan komprehensif yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir yang dilaksanakan dari pertama ibi datang ke rumah sakit sampai dengan 1 hari post partum (ibu diperbolehkan pulang) yang dimulai dari tanggal 30 maret 2016 sampai 31 maret 2016 di BLUD RSUD Palabuhanratu.
            Pada BAB ini yang berisi mengenai suatu pembahas kasus yang diambil, penulis akan coba membahas dengan membandingkan antara teori dengan praktek dilapangan. Untuk lebih sistematis maka penulis membuat pembahasan dengan mengacu pada Manajemen SOAP.

             I.     Kehamilan
            Pada tanggal 30 Maret 2016, Ny.E datang ke BLUD RSUD Palabuhanratu yang dirujuk dari Puskesmas oleh bidan dengan keluhan Ibu mengatakan hamil ke 2 pernah keguguran 1 kali, usia kehamilan 39 minggu. Ibu mengatakan mulas-mulas sejak kemarin pada pukul 13.00 wib (29-03-2016) dan sudah keluar air-air dari jalan lahir sejak pukul 02.00 wib. Di dapatkan hasil HPHT: 26-06-2015, dan TP: 03-04-2016. Hal ini sesuai dengan teori Neagle yaitu menentukan taksiran persalina (TP) dihitung dari  Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) sampai dengan tanggal ibu periksa.  Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.
            Sedangkan untuk data objektif, di dapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah : 120/90 mmHg, nadi : 84x/menit, pernafasan : 21x/menit, suhu : 36,80C refleks patella : +/+, tidak terdapat oedema di bagian ekstremitas atas dan bawah. Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil portio tebal lunak, pembukaan 1 cm, ketuban (-), presentasi kepala, hodge I. Untuk memastikan kembali adanya air ketuban atau tidak didalam rahim ibu dilakukan pemeriksaan USG kolaborasi dengan dr. Spog, dan hasilnya air ketuban negatif. Hal ini sesuai dengan teori (Soewarto, 2010)  yaitu tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika tidak ada, dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.
            Berdasarkan dari data Subjektif dan Objektif diatas maka penulis dapat menganalisa Ny. E G2P0A1 usia kehamilan 39 minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 6 jam.
            Pada Ny. E diatas dilakukan penatalaksanan yaitu kolaborasi dengan dr SpoG, pemberian terapi antibiotik dan pemberian cairan infus RL 20 tpm, terapi amoxciline 500 mg 3x1 per oral dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Hal ini sesuai dengan teori  (Varney, 2007) yaitu berikan antibiotika, Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantauan janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksi intrauterin, Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dengan  praktek.

          II.     Persalinan
            Berdasarkan anamnesa didapatkan hasil bahwa ibu masih merasakan mules yang teratur dan semakin kuat, ibu merasa gelisah.
                        Pada data objektif, pada pukul 19.00 wib di dapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah : 110/70 mmHg, N: 83kali/menit, R: 23kali/menit, S: 36,2oC, DJJ : 140x/m teratur, HIS : 3 kali 10 menit 25 detik, pemeriksaan dalam : vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 5 cm,  ketuban (-), presentasi kepala, hodge II.
                        Berdasarkan dari data Subjektif dan Objektif diatas didapatkan ibu dengan hasil analisa Ny. E G2P0A1 usia kehamilan 39 minggu inpartu kala 1 fase aktif dengan Ketuban Pecah Dini (KPD).
                        Pada Ny. E diatas dilakukan penatalaksanan yaitu memberitahu ibu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri, menganjurkan ibu untuk memenuhi asupan nutrisi dan hidrasi, menganjurkan ibu untuk tidak mengedan sebelum waktunya dikarenakan bisa membuat vaginanya menjadi bengkak, dan bisa membuat kepala bayi menjadi panjang atau caputsucadenum, memberi supportkepada ibu untuk persalinannya, mengobservasi kemajuan persalinan.
            Pada kasus diatas didapatkan dengan hasil Kala I pada Ny. E berlangsung ± 14 jam, dihitung dari ibu merasakan mules sampai pembukaan lengkap, dengan hasil fase laten berlangsung ± 11 jam dan fase aktif berlangsung ± 3 jam. Menurut teori yang ada, fase laten berlangsung hampir 8 jam dan fase aktif berlangsung selama 6 jam. Hal ini normal karena dipantau melalui partograf dan tidak melewati garis waspada (Prawirohardjo, 2006). Faktor pendukung dalam proses persalinan yaitu dengan adanya Power, Passege, Passanger, Psyche, dan Provider kelima faktor utama ini sangat mendukung jalannya persalinan. (Menurut Asri, 2010), Dalam  hal  ini tidak terdapat  kesenjangan  antara  teori  dan  prektek.
          Kala II pada Ny.E berlangsung tidak lebih dari 30 menit dari pembukaan lengkap pukul 22.00 WIB dan bayi lahir spontan pukul 22.26 WIB. Menurut teori yang ada, Kala II berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi(Prawirohardjo, 2006). Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Setelah dilakukan pemotongan tali pusat bayi tidak dilakukan IMD. Hal ini tidak sesuai dengan teori (JNPK-KR Depkes  RI, 2008)yaitu Letakan bayi tengkurap di dada ibuuntuk melakukan IMD yaitu Inisiasi Menyusu Dini tujuannya agar bayi memperoleh kolostrum yang pertama kali keluar dari puting susu ibu yang bermanfaat untuk memberikan kekebalan pada bayi dan meyatukan kontak batin antara ibu dan bayi. jadi ada kesenjangan antara teori dengan praktek karena IMD tidak dilakukan selama 1 Jam setelah bayi lahir.
          Kala III  pada Ny. E berlangsung ± 6 menit dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Plasenta lahir Pukul 22.32 wib. Hal ini  sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2006) yang menyebutkan bahwa kala III ini berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.
          Kala IV pada Ny. E berlangsung ± 2 jam dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu. Hal ini sesuai dengan teori (APN JNKP-KR, 2008) yaitu kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.
            Observasi Kala IV pada Ny.E  yaitu TTV batas normal didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,1ÂșC, Tinggi fundus uteri setelah plasenta lahir 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, konsistensi keras, kandung kemih kosong, perdarahan ± 40 cc. Pengeluaran darah pada kasus Ny. E masih dalam batas normal (300cc-500cc) dan  hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR Depkes  RI, 2008)Pemantauan kala IV yaitu pemantauan tanda-tanda vital seperti Nadi, suhu, tekanan darah, tinggi pundus, kandung kemih, Pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam, 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan, setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan, setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.

      III.     Nifas
          Berdasarkan anamnesa didapatkan hasil bahwa ibu masih merasakan mules. Hal ini bersifat fisiologis karena selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil yang disebut dengan involusi. Perubahan yang terjadi pada masa nifas. (Saleha, 2009).  jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
          Pada data objektif  Ny. E di dapatkan tekanan darah 100/70, nadi 82 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 360c, pengeluaran ASI ada, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung kemih kosong, lochea rubra, perdarahan ± 40 cc. Hal ini sesuai dengan teori (Saleha, 2009) yaitu pada saat setelah bayi lahir TFU setinggi pusat sampai 2 jari dibawah pusat setelah itu. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
            Berdasarkan dari data Subjektif dan Objektif diatas didapatkan ibu dengan hasil analisa Ny. E P1A1 post partum 5 jam dengan riwayat KPD.
            Pada Ny. E diatas dilakukan penatalaksanan yaitu memberikan konseling pada ibu dan keluarganya mengenai cara pencegahan perdarahan,  pemberian ASI awal, menjaga bayi tetap hangat, mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, memberikan penjelasan konseling pada ibu atau salah seorang anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hiportemia. Hal ini seusai dengan teori (Saleha, 2009) Asuhan nifas awal (berdasarkan rumusan kunjungan 1 (pertama) 6-8 jam selama persalinan) yaitu pemberias ASI awal, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia, memberikan konseling pada ibu dan keluarganya mengenai cara pencegahan perdarahan, mengenai tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik dan memperaktekan kebersihan yang aman. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

      IV.     Bayi Baru Lahir
          Pada bayi Ny. E lahir cukup bulan  masa gestasi 39 minggu , lahir spontan pukul 22.26 wib, menangis spontan, kuat, tonus otot positif (+) warna kulit kemerahan. Hal ini sesuai dengan teori (Muslihatun, 2009) Perubahan adaptasi fisiologi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional BBL dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
            Pada data objektif  bayi Ny. E di dapatkan hasil pemeriksaan jenis kelamin laki-laki, berat badan 2700 gram, panjang badan 50 cm, lingkar lengan 12 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 30 cm, TTV nadi 148 x/menit, respirasi 50 x/menit, suhu 36,50c, refleks +/+, tidak ditemukan adanya masalah, anus (+) dan tidak ada cacat bawaan. Hal ini sesuai dengan teori (APN, 2008) Berat badan yaitu 2500-4000 gram, Panjang badan yaitu 48-53 cm, Lingkar dada yaitu 30-33 cm, Lingkar kepala yaitu 33-35 cm, Bunyi jantung janin menit pertama yaitu 180 x/menit kemudian turun 120-140 x/menit, Pernafasan menit pertama yaitu 80 x/menit kemudian turun 40 x/menit, Rambut lanugo tidak ada, Kuku panjang, Genetalia (perempuan) labia mayora sudah menutupi labia minora. Genetalia (laki-laki) scrotum sudah terlihat dan Kriteria neurologik BBL normal. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
            Berdasarkan dari data Subjektif dan Objektif diatas didapatkan dengan hasil analisa Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam.
            Pada bayi Ny. E diatas dilakukan penatalaksanan yaitu menjaga bayi agar tetap hangat, memberikan salep mata tertrasiklin 1%, dan memberikan vitamin K. Hal ini sesuai dengan teori (Saifudi, 2008) Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun, berikanlah asuhan berikut: Lanjutkan pengamatan pernapasan, warna, dan aktivitasnya, Pertahankan suhu tubuh bayi, Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap, Berikan obat mata eritromisin 0,5% atau tertrasiklin 1% untuk pencegahan penyakit mata kerena klamidia (penyakit menular seksual), Berikan Vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan, suntik (I.M) Vitamin K 1bmg, identifikasi bayi, alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.














.

No comments:

Post a Comment


© adimancv.com